Artificial Intelligence memiliki banyak keuntungan bagi kehidupan manusia. Di bidang produksi, penerapan AI secara signifikan dapat meminimalkan biaya dan mempercepat waktu produksi, menghasilkan harga produk dan layanan yang lebih murah. Di bidang manufaktur, automatization akan sangat berguna mengingat banyaknya kegiatan produksi yang dilakukan berulangkali. China termasuk salah satu negara yang mulai menerapkan AI ke seluruh sendi kehidupan. Bagaimana dengan Indonesia?
Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan memiliki banyak definisi. Namun, intinya adalah teknologi yang membuat suatu sistem komputer mampu belajar, berpikir, dan bertindak secara mandiri. Biasanya dengan mempelajari tren dan sejarah aktivitas, untuk selanjutnya melakukan tindakan terkalkulasi. Menurut definisi lainnya, AI merupakan simulasi kecerdasan manusia dalam mesin yang diprogram untuk berpikir seperti manusia dan meniru tindakannya.
Meski banyak negara mulai mempertimbangkan penggunaan AI, Indonesia tampaknya belum sepenuhnya siap mengadopsi teknologi ini. Survei pada lebih dari seratus pemimpin bisnis dan karyawan yang dilakukan IDC Asia/Pasifik serta Microsoft Indonesia, menunjukkan baru empat belas persen perusahaan yang jadi responden menggunakan AI untuk kegiatan operasional masing-masing. Sementara 42 persen baru berencana ataupun sedang dalam tahap uji coba.

Jika perkembangan AI di China terhitung cukup masif, misalnya penggunaan kamera untuk mengidentifikasi identitas calon pembeli dari kamera di berbagai restoran cepat saji, Indonesia masih tertinggal beberapa langkah. Penggunaan AI di Indonesia masih terbatas pada chatbot di aplikasi pesan instan misalnya WhatsApp, LINE, dan Telegram. Chatbot ialah program komputer yang didesain untuk menstimulasi percakapan dengan pengguna manusia dalam sebuah platform berbentuk teks maupun audio. Chatbot ini cukup populer ditandai dengan berkembangnya jumlah bot di LINE sebanyak 25%.
Di Indonesia sendiri sebetulnya mulai banyak start up yang menggunakan AI untuk menunjang kegiatan bisnisnya atau bahkan menjadikan AI tersebut sebagai bisnis. Contohnya saja Deligence.ai, Prosa.ai, Snapcart, Kata.ai, Dattabot, Sonar, BJtech, Eureka.ai, dan AIsensum, Nodeflux, dan Bahasa.ai.
Prosa.ai, Kata.ai, BJtech, dan Bahasa.ai sama-sama bergerak di bidang startup conversational yang spesialisasinya membuat chatbot untuk keperluan bisnis. Prosa.ai memiliki konsep serupa, namun lebih dikhususkan pada konten teks dan pidato. Snapcart merupakan aplikasi yang memberikan reward cashback pada pembeli yang memindai dan mengunggah kwitansi pembelian yang mereka punya. Sonar platform menyediakan jasa pemantauan media sosial secara real-time dan pengukuran sentimen. Nodeflux mengembangkan platform analitik video cerdas pertama di Indonesia dan menawarkan layanan pengenalan wajah, deteksi sampah, pembacaan plat, hingga pemantauan banjir. Hampir sama dengan Nodeflux, Delligence.ai menawarkan pengecekan kerusakan kendaraan, deteksi identitas kendaraan hingga road scene dan logo analytic. Dattabot merupakan perusahaan big data analytic yang paling komprehensif di Indonesia. Aisensum bergerak di kemitraan monetisasi data, sementara Eureka menyediakan layanan kemitraan antara operator seluler dengan perusahaan dari berbagai industri.
Pemerintah Indonesia pun mulai melirik AI untuk mempermudah proses birokrasi yang kerap terhambat. Hal ini tampak dari rencana Presiden Joko Widodo untuk mengganti jabatan eselon III dan IV dengan kecerdasan buatan.

Terlepas dari beberapa penerapan AI di Indonesia, data menunjukkan masih banyak pebisnis yang ragu mengadopsi teknologi ini. Tantangan yang dihadapi adalah kesediaan membuka akses data, transformasi ke arah digital, termasuk akses terhadap talenta sumber daya manusia yang memiliki kecakapan. Menurut riset Government AI Readiness Index 2019 yang dirilis Oxford Insight, Indonesia masih menempati peringkat 5 di bawah negara ASEAN lain yakni Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Sementara di peringkat dunia, Indonesia berada di posisi 57 dari 194 negara dengan skor 5,420.
Kalau menurutmu, Indonesia sudah siap mengadopsi teknologi Artificial Intelligence belum?