Alat tes pendeteksi Covid-19 buatan Universitas Gajah Mada, GeNose resmi digunakan sebagai salah satu syarat perjalanan domestik per tanggal 1 April mendatang. Hal ini disampaikan melalui surat edaran satgas Covid-19 tentang perjalanan dalam negeri pada masa pandemi.
Dalam surat edaran tersebut, alat screening Covid-19 buatan Indonesia, GeNose menjadi salah satu opsi syarat perjalanan domestik selain tes PCR dan swab antigen.
“Ruang lingkup Surat Edaran ini adalah protokol kesehatan terhadap Pelaku Perjalanan Dalam Negeri [PPDN] yang menggunakan seluruh moda transportasi untuk seluruh wilayah Indonesia” ujar ketua satgas Covid-19 Doni Monardo yang dikutip dari surat edaran no.12 tahun 2021 mengenai perjalanan domestik.
Pada poin kedua, penggunaan GeNose akan diperluas dari yang sebelumnya hanya terdapat pada moda transportasi kereta api menjadi seluruh moda transportasi baik darat laut maupun udara, sebagai alat pendeteksi virus COVID-19.
Salah satu poin pada surat edaran tersebut mensyaratkan tes negatif PCR maupun GeNose pada perjalanan darat menggunakan transportasi pribadi
“Pelaku perjalanan daerah menggunakan transportasi darat pribadi dihimbau untuk melakukan tes RT-PCR atau tes negatif GeNose COVID-19 di rest area sebagai syarat melanjutkan perjalanan”
Meski begitu, tes GeNose COVID 19 tidak diwajibkan bagi anak-anak usia dibawah lima tahun. Terlepas dari hal tersebut, tes GeNose juga tidak diperlukan apabila seseorang melakukan perjalanan rutin dalam satu wilayah yang sama maupun perjalanan moda transportasi laut dengan pelayaran terbatas antar pulau dalam jangkauan wilayah yang sama.
Sebenarnya, seperti apa GeNose itu, dan bagaimana cara kerjanya? GeNose adalah alat pendeteksi COVID-19 buatan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Alat tersebut diklaim memiliki waktu deteksi yang jauh lebih cepat dibandingkan dengan tes PCR maupun swab antigen yang memakan waktu 1-3 hari.
Dilansir dari Tirto, GeNose dapat mendeteksi virus corona baru dalam tubuh manusia lebih cepat, dalam waktu 2 menit, hasil tes positif/negatif COVID-19 sudah keluar. Hal ini diperjelas oleh kepala tim pengembang GeNose Prof. Kuwat Triyana,
“Kalau sebelumnya butuh waktu sekitar 3 menit, kemarin saat uji di BIN sudah bisa turun menjadi 80 detik sehingga lebih cepat lagi,”
Selain hasil yang keluar lebih cepat, Prof. Kuwat juga menyatakan bahwa akurasi hasil GeNose juga lebih tinggi dan harga yang dikeluarkan untuk melakukan tes terbilang cukup terjangkau yaitu sekitar 15-20 ribu Rupiah untuk sekali tes.
Cara kerja GeNose sendiri menurut Dian Kesumaputra, mendeteksi VOC (Volatile Organic Compound) yang terbentuk karena adanya infeksi COVID-19, yang keluar dari hembusan nafas manusia.
Nafas yang masuk kedalam kantong GeNose kemudian akan langsung diidentifikasi melalui sensor-sensor yang ada pada kantong tersebut yang datanya akan langsung diolah melalui kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence).
GeNose juga sudah dilengkapi dengan sistem cloud computing yang memungkinkan untuk mendeteksi virus corona secara Real Time.
Dilansir dari Tirto, sebelum diluncurkan ke publik, GeNose sendiri sudah melalui tahap uji coba atau profiling menggunakan 600 sampel data valid di rumah sakit Bhayangkara dan rumah sakit lapangan COVID-19 Bambanglipuro di Yogyakarta. Hasil dari tes tersebut menunjukkan akurasi GeNose mencapai 97 persen.
Baca juga: Tiga Startup Inovasi COVID-19 asal Indonesia Lolos ke Kompetisi Global
Meski begitu, pada awal munculnya GeNose, banyak yang mempertanyakan hasil dari tes itu sendiri, walaupun telah sukses melakukan ujicoba menggunakan data valid, tetapi hasil dari percobaan tersebut belum masuk pada jurnal ilmiah manapun.
Menurut pakar biologis Ahmad Rusdan, sebelum hasil uji dipublikasikan, tidak seharusnya GeNose mendapat izin edar, ia juga mempertanyakan gas yang dideteksi oleh GeNose tersebut
“Gas ini munculnya kapan? Pada pasien yang seperti apa, gejala ringan atau berat? Orang yang sudah sembuh, masih pemulihan, itu antibodinya masih ada, kan. Nah kalau ini apakah gasnya sudah hilang?” kata Ahmad kepada reporter Tirto, Desember 2020.
Menurut Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto GeNose sudah melalui tahap uji klinis di 10 rumah sakit di seluruh Indonesia dan dari hasil uji klinis tersebut GeNose memiliki tingkat akurasi hingga 97 persen. Pada 22 Maret 2021, GeNose resmi mendapatkan izin edar dari kementrian kesehatan.
“GeNose Covid 19 yang menjadi inovasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) sudah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan,”
Pada akhirnya, tanggal 1 April produk buatan anak bangsa ini resmi menjadi salah satu standar syarat perjalanan domestik.