Kita telah banyak melihat perubahan ponsel dari tahun ke tahun. Satu perkembangan ke perkembangan lainnya memakan waktu yang berbeda-beda, namun yang pasti, teknologi yang ditambahkan semakin canggih. Bagaimana evolusi ponsel 10 tahun lagi, alias tahun 2030? Inilah prediksi 101Wired berdasarkan riset maupun produk yang sedang diuji coba!
Lebih Banyak Fitur Human-Like
Awalnya, kita berinteraksi dengan ponsel melalui ketikan atau sentuhan pada keypad. Muncullah teknologi touchscreen yang memindahkan sentuhan ke layar, sehingga kita tak lagi membutuhkan keyboard. Saat ini, layanan seperti Google Assistant dan Samsung Bixby memungkinkan kita berinteraksi dengan ponsel melalui suara kita. Bukan suatu hal mustahil apabila di tahun 2030, teknologi mampu mengerti apa yang kita inginkan dalam sekejap. Tanpa stimulus apapun seperti suara atau sentuhan, melainkan dengan membaca pikiran.
Meski tampak tidak masuk akal, teknologi pembaca pikiran sebetulnya telah dikembangkan. Tahun 2017, Divisi Building 8 dari Facebook menciptakan teknologi yang memungkinkan seseorang mengetik dengan pikiran mereka. Kecepatannya mencapai 100 kata per menit! Sudah tahu kah kalau angka ini 5 kali lebih cepat ketimbang mengetik secara manual?
Para ahli dari MIT pun telah mengembangkan teknologi buatan mereka, AlterEgo. Teknologi ini membuat pengguna bisa bercakap-cakap dengan mesin melalui pikiran mereka.
Keduanya masih membutuhkan perangkat khusus untuk dipasang pada kepala manusia. Bagaimana dengan penerapan fitur human-like ini pada ponsel?
Jauh pada 2011, Modai dihadirkan untuk membuat kita menilik kembali betapa kerennya evolusi ponsel. Desainernya, Julius Tarng membuat modular handset ini untuk menjadikan ponsel sebagai “teman setia”. Layaknya membangun persahabatan, perangkat ini terinspirasi oleh perilaku manusia dalam menciptakan ikatan fisik maupun emosional.
Ponsel Modai akan menyapamu di pagi hari, otomatis menjadi mode diam saat malam hari. Ponsel ini punya reaksi yang dibuat semirip mungkin dengan manusia, ketika dihadapkan dengan berbagai situasi. Misalnya, ketika penggunanya ketiduran, ponsel akan merespon secara otomatis: menyediakan rute tercepat di GPS. Ketika pengguna mengunjungi suatu tempat baru, ia juga akan memberikan rekomendasi aktivitas yang relevan.
Berusaha menyentuh aspek emosional, ponsel Modai juga punya avatar spesial untuk menggambarkan mood pengguna. Ada dua paradigma pada ponsel ini yang akan membantu pengguna menyeimbangkan work-life dan personal-life. Pertama, Prodai yang akan mengatur segala hal tentang pekerjaanmu mulai dari email, projek hingga jadwal kerja. Kedua, Fundai yang difungsikan untuk hiburan, berkirim pesan, dan bermain gim.
Selain punya BFF (Best Friend Forever), kamu sudah siap punya BPF alias Best Ponsel Forever di tahun 2030?
Fleksibilitas Tanpa Batas
Fleksibilitas jadi karakteristik penting bagi ponsel di masa depan. Tengok saja foldable phones hingga stretchable phones yang mempermudah aktivitas pengguna.
Foldable phones telah menyambangi publik sejak tahun 2019. Lihat saja Samsung Galaxy Fold atau Motorola Razr 2019. Banyak orang menganggapnya gimmick yang menarik. Namun, selain fans teknologi, sebagian besar orang masih ragu untuk membeli ponsel jenis ini.
Alasannya, software yang belum sepenuhnya mumpuni dan mahalnya foldable phones. Walaupun begitu, tren ini diperkirakan akan terus meningkat lho. Kepopulerannya akan sangat bergantung apakah ponsel jenis ini bisa memberikan kenyamanan dan kepercayaan pada pengguna. Kedua hal ini sangat menentukan apakah pengguna akan beralih dari ponsel normal mereka.
Bagaimana jika sebuah ponsel tidak hanya bisa dilipat dalam satu arah? Tahun 2008, Nokia pernah menjadi pioneer teknologi semacam ini, lho. Kenalan dengan ponsel Morph, yuk. Didesain oleh Tapani Tyhanen, ponsel ini bisa dilipat dan diubah bentuknya sesuai kebutuhan pengguna. Ponsel ini bisa diletakkan di pergelangan tangan, difungsikan seperti jam untuk melakukan aktivitas ekstrim. Pada saat yang sama, ponsel ini bisa jadi teman menonton film melalui bentuk flat screen.
Samsung juga sudah menunjukkan beberapa teknologi serupa. Namun, hingga saat ini yang dirilis ke publik hanyalah smartphone Galaxy Round.
Royole juga memperkenalkan produk serupa buatan mereka, FlexPai. Mirip Morph, FlexPai memiliki bentuk fleksibel yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Hal ini bisa dilakukan dengan mempertemukan sisi diagonal pada ponsel.
Melihat antusiasme brand, bisa jadi, tahun 2030 tren ini bakal terulang lagi.
Konektivitas Tinggi
Saatnya bilang, goodbye 4G, welcome 5G atau bahkan 6G! Seperti yang kita dengar, rumor 5G di Indonesia mulai santer mengudara sejak teknologi tersebut dipakai pada perhelatan Asian Games 2018. Huawei dan tiga provider Indonesia juga telah mengusahakan negosiasi dengan pemerintah untuk mempercepat adaptasi 5G.
Salah satu faktor yang akan mempercepat penerimaan 5G di masyarakat adalah ketersediaan sumber daya. Prediksinya, tahun 2030 akan semakin banyak ponsel 5G maupun perangkat pendukung konektivitas tersebut. Ponsel 4G akan semakin sulit ditemukan. Makanya, seperti pada kasus adaptasi 4G, mau tak mau masyarakat akan membiasakan diri dan mulai beralih. Sederhananya, hal itu akan terjadi ketika ponsel 5G mulai marak di pasaran dan membelinya jadi suatu hal yang normal. Mungkinkah hal itu terjadi pada tahun 2030?
Anything-but-Charging Phone
Kebutuhan berinteraksi dengan ponsel yang semakin intens sering terhambat oleh kemampuan baterai. Makanya, semakin banyak teknologi yang meningkatkan aspek tersebut. Tengok saja beragam charger fast-charging yang jadi favorit pengguna. Kini, pengguna juga cenderung mencari ponsel dengan baterai berdaya besar.
Tenang, tampaknya kebosananmu mencharger ponsel akan berkurang di masa depan. Kita bisa mencharger tanpa perlu bawa-bawa charger. Perusahaan Energous telah menjajal teknik charging baru pada ponsel: charging via udara. WattUp Mid Field Transmitter buatan mereka bisa dipakai untuk mengisi daya meski ponsel berjarak tiga kaki. Di masa depan, bukan tak mungkin bakalan muncul transmitter serupa yang bisa mengakomodasi jarak lebih jauh lagi.
Hal ini tampaknya bakal semakin marak seiring dengan kampanye eco-friendly dan wireless pada barang elektronik.
Yup, salah satu hal menarik yang bisa kita antisipasi adalah berkurangnya kabel dalam pemakaian ponsel. Mulai dari charger hingga headset, kita akan menyambut teknologi wireless. Saat ini, kebanyakan ponsel tak lagi punya port pada desain mereka. Hal ini berjalan bersamaan seiring dengan peningkatan teknologi bluetooth dan Near Field Communication (NFC).
Contohnya, Kyocera yang memperkenalkan prototype ponsel berteknologi sinar matahari tahun 2016. Ponsel ini didesain untuk orang-orang yang bekerja di luar dan berada jauh dari sumber listrik dalam waktu lama. Tiga menit sinar matahari bisa mengisi daya untuk melakukan panggilan telpon selama satu menit.
Gimana, sudah cukup tercengang belum? Selamat menantikan masa depan ponselmu…. kalau di tahun 2030 masih ada teknologi bernama ponsel.