Setelah insiden Zoombombing yang terjadi pada aplikasi mereka menyeruak, Zoom tampaknya menerima kritik konstruktif tersebut dengan berusaha memperbaiki sistem keamanan mereka melalui enkripsi end-to-end seperti yang diterapkan WhatsApp. Sayangnya, fitur ini tidak bisa didapatkan oleh pengguna aplikasi gratisan, melainkan hanya tersedia bagi pelanggan berbayar.
Seiring dengan meningkatnya pemakai aplikasi teleconference untuk melakukan berbagai aktivitas dari rumah, mulai dari meeting online hingga silaturahmi, kejadian Zoombombing memang meresahkan pengguna Zoom. Beberapa kali terjadi kasus “tamu” tak diundang menyusup dalam pertemuan online kemudian menayangkan presentasi yang tak senonoh. Penggunaan end-to-end encryption tentu akan menjaga keamanan percakapan online sekaligus memaksimalkan pengaturan privasi dalam pertemuan tersebut.
Lantas mengapa fitur ini tidak diberikan pada pengguna Zoom yang tidak membayar? Alex Stamos selaku Konsultan Keamanan Zoom mencoba menjelaskan kebijakan perusahaannya.
Rencana fitur end-to-end encryption dari Zoom bagi pengguna berbayar nantinya akan melibatkan layanan dari FBI dan pihak berwenang untuk mencegah penyalahgunaan serupa kembali terjadi. Tentu saja hal ini membutuhkan verifikasi identitas yang lebih dari sekedar e-mail. Di sisi lain, e-mail adalah satu-satunya identitas yang perlu diberikan pengguna gratis untuk bisa menggunakan Zoom.
Berdasarkan pengamatannya juga, tindakan ilegal Zoombombing seperti predator anak dan ujaran kebencian justru sebagian banyak dilakukan oleh pengguna gratis aplikasi Zoom yang melakukan pemalsuan identitas. Enkripsi lebih rendah tentunya mempermudah FBI dan pihak berwenang untuk menindak penyalahgunaan pada pertemuan online. Hal ini lah yang membuat Zoom berada pada posisi dilematis dan harus membuat keputusan sulit karena perlu menyeimbangkan peningkatan privasi sekaligus mengurangi penyalahgunaan produknya.
101 Wired People, apakah menurutmu kebijakan Zoom sudah tepat? Perlukah adanya enkripsi untuk pengguna gratis aplikasi Zoom? Kirim komentarmu di bawah, ya!
[…] pandemi yang menyebabkan krisis silaturahmi ini. Apalagi, setelah salah satu aplikasi video call, Zoom, sempat terkena skandal […]