COVID-19 memaksamu beradaptasi dengan beragam budaya baru. Sebut saja self-quarantine, work from home, dan hal-hal yang membatasimu bertemu dengan orang atau keluar rumah. Budaya ini membuat kita mengandalkan teknologi untuk komunikasi atau mencari hiburan. Namun, ketergantungan ini ternyata bisa jadi siklus baru yang nggak sehat.
Tech Stress dan Tanda-Tandanya
Apakah kamu panik kalau baterai ponselmu tinggal sedikit? Apakah proses charging laptop membuatmu kebingungan mencari alternatif kegiatan? Apakah kamu tidak bisa berhenti scroll beragam media sosial?
Bisa jadi kamu mulai menderita tech stress. Hal ini ditunjukkan dengan impuls, kebiasaan, dan frustrasi yang disebabkan oleh pemakaian teknologi. Hal ini sekaligus menunjukkan betapa signifikannya peran teknologi terhadap kesehatan fisik dan mental.
Coba pahami dan rasakan apakah kamu mulai mengalami 4 tanda ini:
- Kamu tidak bisa berpisah dengan ponselmu. Perpisahan beberapa menit membuatmu khawatir dan pusing. Kamu merasa tidak nyaman dan tidak bisa melakukan apapun? Wah, ini salah satu tanda kecanduan ponsel yang bisa memicu tech stress.
- Tidak ada notifikasi, tapi kamu tidak bisa berhenti scroll feed Instagram, Facebook, atau media sosial lain.
- Selalu online. Itu statusmu mulai dari bangun dari tidur hingga menjelang tidur. Kamu tidak bisa memahami kenapa temanmu tidak segera membalas pesanmu.
- Kamu memegang ponselmu selama makan. Kamu berkomunikasi dengan anggota keluarga atau teman serumah melalui ponsel, padahal kalian sedang bersama.
Solusi Atasi Tech Stress: Digital Detox
Erin MacNeil, Director of Wellness di Asaya Hong Kong menyebut digital detox sebagai “menciptakan jarak dan kesadaran mengenai perangkat dan platform yang kita gunakan setiap hari”.
Individu hanya menggunakan 5% kesadaran setiap harinya. Sementara, 95% lainnya membuat kita tanpa sadar menyerap apa yang ada di sekitar kita. Mulai dari hal-hal baik hingga buruk. Bagi orang yang peka atau sensitif, hal ini bisa berakibat buruk pada kesehatan mental mereka.
MacNeil menekankan pentingnya mengubah frekuensi penggunaan perangkat digital. Menurutnya, hal ini akan memberikan efek yang berbeda terhadap apa yang kita rasakan.
Ia menekankan pentingnya menjaga jarak dengan perangkatnya. Melakukan hal ini secara otomatis memberikan kontrol dan perasaan bebas atas kehidupan.
Manfaat digital detox pun tak hanya sampai di situ. Membatasi screentime dapat meningkatkan kualitas tidur, energi. Dari segi emosional, hal itu juga meningkatkan kehadiran kognitif, mengurangi kecemasan. Digital detox juga membuat kita bisa lebih fokus pada orang-orang tersayang.
Langkah-langkah Melakukan Digital Detox
Bagaimana memulai digital detox dan berapa waktu yang diperlukan? Secara umum, waktu yang dianjurkan adalah 30 hari. Meski begitu, bagi yang merasa kesulitan bisa memulai secara bertahap selama 7 hari.
Ada beberapa cara melakukan digital detox: Hal ini seperti yang telah ditekankan berulang kali oleh MacNeil. Batas dalam hal ini terkait dengan frekuensi dan jangkauan. Terkait ponsel, kamu bisa sesekali menyembunyikannya agar benda itu tak menjadi pusat perhatianmu. Jangan meletekannya di samping tempat tidur, agar membuka ponsel tak jadi kebiasaan.
Ciptakan batas
Batas ini juga bisa diterapkan dalam penggunaan aplikasi. Kamu bisa menghapus aplikasi yang dirasa terlalu menyita fokus. Hal ini bakal membuatmu nggak berusaha mencari mereka lagi. Perlunya mengunduh ulang bisa mencegahmu menghabiskan waktu terlalu lama di aplikasi itu.
Penggunaan lain terkait konsumsi informasi. Batasi konsumsi informasi negatif karena hal itu tidak bisa mengubah apapun. Justru sumber informasi itu bisa membuatmu stress. Jaga pola konsumsi informasi 2x sehari dengan mengandalkan sumber yang kredibel. Angka itu cukup untuk membuatmu update tanpa menambah beban pikiran.
Menemui akun yang terus-terusan menyebarkan negativisme? Kamu berhak menekan tombol unfollow atau mute demi ketenangan batinmu sendiri.
Kamu juga bisa menciptakan “no tech times” untuk memberi jarak dengan perangkat digitalmu. Misalnya, menghindari membuka media sosial hingga makan siang atau membalas chat ketika kerja.
Disiplin menjalankan beragam aturan
Setelah berhasil memberi jarak dengan ponsel atau perangkat digital, kamu harus disiplin. Menjalankan aturan dengan konsisten.
Kamu bisa menerapkan aturan-aturan itu dalam kebiasaan sehari-hari. Ketimbang email, pesan, atau video chat, kamu bisa telpon saudara atau kekasihmu secara manual. Hal ini akan membuatmu terbebas dari screen-time yang membuat mata lelah. Kita juga jadi tak harus membaca social cue dari visual video call yang seringkali menghabiskan energi.
Masih soal screen time, coba untuk membuka satu screen saja dalam sekali penggunaan. Stop multi-tasking seperti membuka TV dan ponsel sekaligus. Saat membuka internet, coba tentukan tujuan pencarian yang jelas. Search, jangan scroll. Hal ini akan membantumu fokus menemukan konten yang kamu cari ketimbang berlompatan dari satu konten ke yang lain.
Larang dirimu memakai ponsel pintar saat family time. Hal-hal sederhanaini akan menciptakan kebiasaan baru yang lebih sehat.
Tantang diri sendiri
Agar tak ketergantungan teknologi, perluas wawasan dan kebiasaanmu melalui beragam aktivitas. Buat rencana kegiatan selama digital detox. Misalnya membaca novel atau buku yang tertunda sejak lama. Kamu juga bisa berolahraga, menulis, atau mendengarkan musik maupun podcast.
Kadang, kamu perlu bantuan orang lain supaya bisa disiplin dalam menjalankan digital detox. Beri tahu orang-orang terdekatmu, minta mereka mengingatkanmu sesekali. Kalau memungkinkan, kamu juga bisa mengajak mereka ikutan digital detox. Aktivitas ini akan membawa banyak pengaruh baik buat kesehatan mental kalian.