Lebih dari 500 juta data pribadi pengguna Facebook bocor di Internet, dan dari 533 juta data yang bocor tersebut, 130.331 data merupakan data pengguna Facebook Indonesia. Dengan bocornya data tersebut, para ahli keamanan informatika percaya bahwa data-data tersebut akan disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu.
Dilansir dari Business Insider, sebanyak 533 juta data Facebook diketahui bocor di sebuah forum hacker, pada hari Sabtu (03/04) data yang bocor merupakan data pribadi seperti nomor telepon pribadi, identitas lengkap, alamat surel, dan lokasi pengguna.
Lebih dari 100 negara terkena dampak dari kebocoran data ini, dimana Inggris dan India menjadi negara dengan data yang paling banyak bocor. Dilansir dari Tempo, akun UnderTheBreach mencatat jumlah data pengguna Facebook Indonesia termasuk sedikit dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia (11,67 juta akun), Singapura (3,07 juta akun) dan Filipina (879 ribu akun).
Pihak dari Insider kemudian melakukan review terhadap sampel data-data yang bocor tersebut dengan mencocokkan ID yang tertera pada data tersebut dengan nomor telepon yang ada pada ID Facebook pengguna, selain itu Insider juga menggunakan alamat surel yang ada pada data set tersebut yang digunakan untuk fitur Facebook Password Reset yang mana bisa digunakan untuk memperlihatkan sebagian dari nomor telepon pengguna.
Sebenarnya kejadian bocornya data ini merupakan buntut dari security breach yang terjadi pada tahun 2019, dan menurut Alon Gal, CTO dari firma Hudson Rock yang berkutat di bidang cybercrime intelligence, data yang bocor tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab seperti scamming maupun impersonation yang memaksa pengguna untuk menyerahkan data penting pengguna kepada pihak tersebut.
Kejadian bocornya data pengguna ini bukanlah kali pertama, dilansir dari Selfkey, sudah lebih dari 6 kali Facebook mengalami kejadian security breach yang berakhir pada bocornya data pribadi pengguna. Berikut adalah beberapa kejadian security breach terbesar Facebook yang dihimpun dari berbagai sumber
2013 – Facebook Bug
Pada tahun 2013, Facebook menemukan sebuah bug yang berujung pada enam juta data yang terekspos tanpa izin. Data berupa nomor telepon seluler dan alamat surel pengguna menyebar cepat. Sebenarnya kejadian technical glitch ini sudah ada satu tahun sebelumnya, tetapi baru diketahui pada tahun 2013, Meski pada akhirnya pihak Facebook memperbaiki kesalahan tersebut dan menyerahkan laporan kebocoran data tersebut kepada pihak berwajib.
2018 – Cambridge Analytica
September 2018 terjadi lagi security breach, dan mungkin skandal ini merupakan yang terbesar dimana sebuah firma yang berada di bidang analisis data politik, Cambridge Analytica yang bekerja sebagai bagian dari tim kampanye mantan Presiden AS, Donald Trump. Dilansir dari Wired, Cambridge Analytica diduga memiliki 50 juta data pengguna Facebook tanpa izin dari pihak Facebook.
Mereka mendapatkan data-data tersebut melalui aplikasi pihak ketiga yang dikembangkan oleh Universitas Cambridge. Dalam sebuah tayangan di salah satu stasiun televisi Inggris, Channel 4, terlihat beberapa petinggi Cambridge Analytica mengatakan bahwa mereka bisa melakukan ekstorsi terhadap politisi di Amerika Serikat, dan menggunakan propaganda untuk membantu klien mereka dalam menyebarkan rasa ketakutan pada warga Amerika.
Pada akhirnya, CEO dari Cambridge Analytica ditangkap oleh pihak FBI dan Mark Zuckerberg menuliskan postingan permintaan maaf yang cukup panjang dan berjanji akan mencegah kasus serupa terjadi kembali.
2019 – Penyalahgunaan Facebook API oleh grup hacker Vietnam.
Sebuah ahli keamanan asal Ukraina, Bob Diachenko menemukan kebocoran data yang disebabkan penyalahgunaan Facebook API oleh sebuah grup hacker asal Vietnam. Sebanyak 300 juta data yang berisikan nomor telepon seluler pengguna menyebar secara luas selama dua minggu berturut2, dan hal serupa terjadi kembali pada Maret 2020, dimana sebanyak 29 juta data bocor, Tidak diketahui apakah kebocoran data tersebut berdampak besar kepada para pengguna, tetapi dengan bocornya data tersebut, semakin rawan bagi para pengguna untuk terkena serangan siber seperti phishing.
Hingga saat ini belum ada tuntutan pasti kepada pihak Facebook mengenai kebocoran data yang terjadi selama satu tahun belakangan ini, sepertinya pihak Facebook juga dianggap terlalu menyepelekan masalah ini, seperti yang dilansir dari DW, Liz Sheperd selaku juru bicara Facebook dalam cuitannya mengatakan bahwa data-data yang bocor tersebut sudah ada sejak tahun 2019, dan hal tersebut sudah diperbaiki pada Agustus 2019.
Sudah seharusnya, kita sebagai pengguna platform media sosial seperti Facebook wajib berhati-hati dalam memberikan data pribadi, baik itu nomor telepon maupun data diri, dan sebaiknya gunakan fitur keamanan two factor authenticaton untuk mencegah terjadinya kebocoran data pribadi anda.
[…] Baca juga: Data Pengguna Facebook Bocor! 130 Ribu Data Dari Indonesia […]