Di tengah ketatnya persaingan industri 4.0 atau industri digital banyak negara berlomba-lomba untuk menciptakan inovasi teknologi terbarukan, termasuk Indonesia yang mulai gencar untuk menciptakan ekosistem teknologi untuk mendukung revolusi industri 4.0
Industri 4.0 sendiri berpusat kepada penggabungan antara teknologi otomatisasi dan teknologi siber, industri ini nantinya akan mengurangi keterlibatan manusia dan akan menghasilkan proses produksi yang efektif dan efisien yang akan menghasilkan kualitas kerja dan hasil akhir produksi.
Merebaknya pandemi COVID-19 membuat seluruh sektor ekonomi menjadi sangat sulit, dan salah satu cara untuk mengembalikan kondisi ekonomi di tengah bahaya virus corona adalah dengan merubah konsep perekonomian konvensional menjadi digital.
Di Indonesia sendiri, semenjak pandemi, iklim ekonomi bergeser dari konvensional menuju digital. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah pengguna layanan berbasis aplikasi seperti Gojek, Ruangguru, hingga layanan kesehatan Halodoc. Selain mudah, hadirnya aplikasi ini juga menghindari percepatan penyebaran virus.
Munculnya berbagai startup di Indonesia, mendorong pemerintah untuk melakukan revolusi industri 4.0, dan salah satu program pemerintah untuk mendukung hal tersebut adalah dengan membangun satu sektor khusus yang berpusat pada pengembangan teknologi.
Melihat Ambisi Pemerintah Lewat Bukit Algoritma
Bukit Algoritma merupakan program ambisius pemerintah di tengah gencarnya revolusi industri 4.0, tempat ini nantinya akan menjadi pusat teknologi di Indonesia, seluruh pengembangan dan penelitian berbasis teknologi dan Bukit Algoritma sendiri digadang-gadang akan menjadi “silicon valley” Indonesia.
Rencananya, Bukit Algoritma sendiri akan dibangun di lahan seluas 888 hektar yang berlokasi di daerah Cikidang-Cibadak, Sukabumi, yang akan memakan biaya hingga 18 triliun rupiah, dan pembangunan pusat teknologi ini akan dimulai pada akhir Mei.
Ide pembangunan Bukit Algoritma lahir dari politikus PDI Perjuangan dan ketua umum gerakan Innovator 4.0, Budiman Sudjatmiko. Gagasan ini lahir dikarenakan ia ingin menciptakan wadah bagi para pemuda Indonesia untuk berkembang di bidang teknologi.
Hadirnya ide “mereplikasi” silicon valley di Indonesia bukanlah yang pertama kali dicetuskan, Bandung Teknopolis, ide dari gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dan Digital Hub, ide dari perusahaan pengembang Sinarmas adalah dua gagasan yang belum juga terwujud.
Diwawancara oleh Asumsi, Budiman mengatakan bahwa Bukit Algoritma ini merupakan tahap lanjutan dari Innovator 4.0, dan setelah berdialog dengan para diaspora yang bekerja di perusahaan-perusahaan teknologi ternama di Amerika Serikat, ia mengatakan bahwa setelah kembali ke tanah air, justru mereka kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
“Tapi saat pulang, mereka bingung. Kebanyakan pekerjaan yang mereka jalani itu sifatnya administratif, nggak kepake betul keahlian yang sudah mereka peroleh dengan biaya negara yang besar, sampai gelar doktor di universitas-universitas terkemuka di dunia.”
Melansir dari Antara, April kemarin, Budiman hadir dan turut menandatangani kontrak Pekerjaan Pengembangan Rencana Kawasan Ekonomi Khusus Pengembangan Teknologi dan Industri 4.0, di Jakarta, PT Amarta dan salah satu BUMN yang bergerak di bidang konstruksi akan membantu untuk proses pembangunan kawasan Bukit Algoritma.
Baca juga: Siap-Siap! 3 Startup Calon Unicorn, Siapa Saja Mereka?
Namun, hadirnya Bukit Algoritma ini bukan tanpa cibiran dan kritikan, banyak yang menganggap ide Bukit Algoritma ini sebagai ide “khayalan” saja, tetapi Budiman tidak menggubris cibiran tersebut dan ia percaya bahwa Bukit Algoritma ini akan segera terwujud.
Nantinya, menurut Budiman, Bukit Algoritma ini akan menjadi pusat pengembangan teknologi tahap lanjutan seperti drone, kecerdasan buatan, robotik hingga panel surya untuk energi yang ramah lingkungan, dan ia ingin dari kawasan tersebut lahirlah inovasi seperti Google, Youtube hingga Yahoo! Buatan anak bangsa.
Budiman juga berharap bahwa dengan hadirnya proyek ini selain bisa menghasilkan inovasi teknologi, dan juga bisa mengkombinasikan antara teknologi dan seni, layaknya Silicon Valley dan Universal Studios.
Akan tetapi, untuk mewujudkan hal tersebut, selain dari sisi teknis seperti pembangunan fasilitas, diperlukan komponen-komponen pendukung seperti universitas, lembaga riset, hingga sinergi antara pemerintah dan penduduk setempat.
Hadirnya gagasan Bukit Algoritma ini diharapkan tidak hanya menjadi sebuah gimmick semata, dibutuhkan kerjasama antara semua pihak terkait baik dari pemerintah, swasta dan masyarakat. Harapannya ketika ini selesai, akan lahir inovasi-inovasi terbarukan asli karya anak bangsa,