Warganet bakal tambah pusing atau tambah seneng yah, dengan adanya pendatang baru didunia media sosial? Karena ada sebuah platform klub khusus yang dinamakan Clubhouse yang mungkin tidak lama lagi akan masuk berbaris bersama media sosial lain yang sudah ada.
Di Amerika sendiri, Clubhouse sudah dikenal sejak Maret 2020 lalu. Platform yang merupakan aplikasi obrolan suara ini mulai digemari oleh banyak orang, bahkan di tahun 2021 ini tercatat telah 5 juta pengguna yang bergabung bersama Clubhouse.
Itu artinya hanya ada 5 juta pengguna istimewa yang berhasil masuk kedalam klub khusus ini. Kenapa istimewa? Persyaratan menjadi user di Clubhouse berbeda dengan media sosial lainnya. Kita mungkin dapat mengunduh aplikasi ini, tetapi untuk bergabung dalam ruang diskusi didalamnya, kita membutuhkan undangan yang terbatas.
Gambar: Unsplash
Seperti yang diberitakan oleh The Guardian, di negara China undangan untuk bergabung di Clubhouse bahkan diperjualbelikan di e-commerce. Tetapi tak perlu heran. Tidak cuma di China, kabarnya ‘bisnis’ serupa juga sudah mulai ada di e-commerce Indonesia. Undangan-undangan ini diperjualbelikan dengan rentang harga antara Rp. 99.000 hingga Rp. 250.000. Ketersediaannya jelas terbatas, sebab setiap member yang telah bergabung hanya diberi maksimal dua undangan saja untuk mengajak member baru.
Baca Juga: Tools ini Bikin Remote Meeting Tetap Efektif!
Lantas apakah platform ini akan semenarik kedengarannya? Di Indonesia mungkin saja! Menyunting laman Lokadata.id, Wicaksono selaku praktisi media sosial berpendapat aplikasi Clubhouse semakin populer karena digunakan oleh orang berpengaruh yaitu Elon Musk. Bahkan beberapa kali bos TESLA ini bercuit dalam twitternya dengan menyebut nama Clubhouse, sekaligus ia juga mengajak Presiden Rusia untuk juga bergabung dalam ruang diskusinya. Lewat aksinya ini, dikabarnya banyak CEO perusahaan yang juga mulai bergabung menjadi anggota dalam Clubhouse. Itu artinya, saat ini para pengguna Clubhouse sebagian besar adalah orang-orang penting dan berpengaruh.
Gambar : Suara.com
Wicaksono menambahkan bahwa pengguna Clubhouse Indonesia dipengaruhi oleh rasa penasaran dan Fear of Missing Out (FOMO) alias takut ketinggalan tren. Yang pada akhirnya membuat Clubhoue makin kian populer. “Tampaknya Clubhouser Indonesia menyukai servis Clubhouse yang mengakomodasi tabiat orang Indonesia yang suka curhat, gosip, dan ngobrol tentang apa pun,” katanya.
Dengan begitu bisa dikatakan tidak sia-sia usaha Paul Davision dan Rohan Seth dalam mendirikan Clubhouse. Paul Davision selaku enterpreneur Silicon Valley dan Rohan Seth yang adalah mantan pegawai Google, mendapat suntikan investasi USD 12 juta dari Andreessen Horowitz pada Mei 2020, ketika pengguna aplikasi tersebut baru 1.500 orang. Clubhouse sendiri dikembangkan oleh perusahaan software bernama Alpha Exploration Co. Sekalipun Saat ini aplikasi Clubhouse hanya tersedia dan bisa di download di Appstore iOS saja, pengembang dari Aplikasi Clubhouse ini sudah merekrut sejumlah developer untuk menggarap versi Android. Jika dengan 5 juta pengguna saja telah melambungan valuasi Clubhouse hingga mencapai sekitar USD 1 miliar, bagaimana nanti saat aplikasi versi Android telah rampung? Siapa bisa menduga.
Sekalipun mengusung eksklusifitas yang tinggi dengan basis audio saja, Clubhouse nampak telah berhasil menarik minat banyak orang. Karena mungkin tak selamanya gambar dan video menjadi sarana bersosialisasi, kali ini biarkan sebuah suara saja yang memainkan peranannya seperti pada waktu mengenal seseorang saat sebuah channel radio favorit sedang mengudara.
[…] Baca Juga: Tidak Sembarang Orang! Inilah Daya Tarik dari Clubhouse […]